Jumat, 24 Januari 2014

KEPALSUAN

Berdiri memandang langit nan jingga
Sendiri mematung penuh arti
Angin sejuk membelai rambutku perlahan
Menemaniku dalam kepedihan ini
Kau torehkan luka dalam kehidupanku
Kau hancurkan kepercayaanku
Kau biarkan aku terurai air mata
Kau tinggalkan aku dalam kesakitan
Kamu tega ya !
Dengan muka tak berdosa kau tertawa penuh bangga
Seakan kamu menang dalam singgasana
Aku sadar aku hanya pelarianmu saja
Aku tau kamu tak pernah mencintaiku
Tapi kenapa kamu berpura-pura baik padaku ?
Kenapa kamu perhatian sama aku ?
Kenapa juga kau bilang i love u kepadaku
Tak kusangka semua itu hanya palsu !

DALAM SUJUD EMAK



 
Langit senja kian menyapa
Ayam-ayampun mulai bersemayam ke kandangnya
Suara adzan mengalun-alun dipenjuru desa
Membuat hati ini bagai di surga
Emak pun melangkahkan kaki
Diiringi derit kayu yang diinjaknya
Hati ini terasa risih mendengarnya
Suara itu semakin menjadi
Ketika emak mempercepat ayunan langkahnya
Ia mulai mengambil air wudhu
Zat cair itu membasahi raut wajah emak yang kian sayu
Tangannya mengambil mukena lusuh yang tergantung di ambang pintu
Kini mukena itu membalut tubuh mungilnya
Emak memulai berdialog kepada pencipta-Nya
Tak terasa ia menitihkan air mata
Emak bercerita banyak tentang kerasnya dunia ini
Tak henti-hentinya bibir keriputnya itu memohon ampun
ALHAMDULILLAH ................
Kalimah itu yang selalu mengakhiri sesi curhatnya kepada sang Kholiq

Jumat, 10 Januari 2014

ANALISIS PUISI “TANAH AIR MATA” KARYA SUTARDJI




Tanah Air Mata
Tanah airmata tanah tumpah dukaku
mata air airmata kami
airmata tanah air kamu
di sinilah kami berdiri
menyanyikan airmata kami
di balik gembur subur tanahmu
kami simpan perih kami
di balik etalase megah gedung-gedungmu
kami coba sembunyikan derita kami
kami coba simpan nestapa
kami coba kuburkan duka lara
tapi perih tak bisa sembunyi
ia merebak kemana-mana
bumi memang tak sebatas pandang
dan udara luas menunggu
namun kalian takkan bisa menyingkir
ke manapun melangkah
kalian pijak airmata kami
ke manapun terbang
kalian kan hinggap di air mata kami
ke manapun berlayar
kalian arungi airmata kami
kalian sudah terkepung
takkan bisa mengelak
takkan bisa ke mana pergi
menyerahlah pada kedalaman air mata


Tema : Tanah air
Puisi ini menggambarkan keadaan Indonesia sekarang yang semrawut. Yang dikatakan selama ini bahwa Indonesia subur atau kaya ternyata rakyatnya masih menderita, dibalik gedung-gedung tingkat (pejabat)  rakyatnya masih dalam keterbelakangan (teknologi,ekonomi,dll). Penyair menggambarkan perasaan benci dan  ketidakpuasan penyair terhadap tindakan dan kebijakan pejabat-pejabat tinggi negara dalam menjalankan pemerintah. Para pejabat lebih mementingkan kepentingan pribadinya, sementara rakyat kecil sangat menderita dengan keadaan tersebut.

Diksi :
Tanah air mata tanah tumpah dukaku
Artinya tempat dimana kita tinggal yang nyaman namun yang menyebabkan kesengsaraan juga.

di balik gembur subur tanahmu
kami simpan perih kami
di balik etalase megah gedung-gedungmu
kami coba sembunyikan derita kami

artinya merasa bahagia tetapi sebenaranya kebahagiaan mereka hanya dibibir saja, dalam hati mereka sebenarnya pedih yang dirasakannya.

Tapi perih tak bisa sembunyi
Ia merebak kemana-mana

Artinya rakyat tidak kuasa dengan menahan keterpura-puraan yang mereka lakukan.

ke manapun melangkah
kalian pijak airmata kami
ke manapun terbang
kalian kan hinggap di air mata kami
ke manapun berlayar
kalian arungi airmata kami

artinya para pejabat yang selalu menindas rakyat kecil


Majas :

Majas personifikasi
·        tapi perih tak bias sembunyi
·        dan udara luas menunggu
Majas ironi
 kami coba sembunyikan derita kami
kami coba simpan nestapa
kami coba kuburkan duka lara
tapi perih tak bisa sembunyi

Amanat :
Sebagai generasi muda kita sebaiknya menegakkan keadilan dalam menjalankan roda pemerintahan. Jangan terlalu egois dengan kepentingan pribadi. Banyak mereka yang menderita akibat kelakuan yang tidak mencerminkan kepribadian bangsa ini.


KOMENTAR :
Penghayatan yang dimainkan oleh sutardji sudah sangat bagus. Ia sangat menjiwai, dengan ditambah alunan melodi saat pertama ia naik panggung. Hal ini membuat suasana semakin hidup. Suaranya juga keras dengan artikulasi dengan jelas.





Minggu, 25 Agustus 2013


Analisis Puisi Hampa Karya Chairil Anwar
HAMPA
Chairil Anwar
 

Kepada Sri

Sepi di luar. Sepi menekan mendesak.
Lurus kaku pohonan. Tak bergerak
Sampai ke puncak. Sepi memangut,
Tak satu kuasa melepas-renggut
Segala menanti. Menanti. Menanti.
Sepi.
Tambah ini menanti jadi mencekik
Memberat-mencekung pundak
Sampai binasa segala. Belum apa-apa
Udara bertuba. Setan bertempik
Ini sepi terus ada. Dan menanti.

Hasil analisis :
*      Tema puisi : penantian cinta
*      Diksi : konoatif
Contohnya seperti :     Lurus kaku pohonan. Tak bergerak
                                                Memberat mencekung pundak
                                                Udara bertuba. Setan bertempik
Pembaca dituntut untuk memahami kata per kata untuk mengerti  makna puisi diatas.
*   Majas atau gaya bahasa :
Personifikasi: Lurus kaku pohonan. Tak bergerak. Kata pohonan disini seakan-akan makhluk hidup yang memiliki rasa kaku.
Hiperbola: Udara bertuba. Setan bertempik. Menggunakan kata setan, yang terkesan berlebihan.
*   Rima :
Rima atau persamaan bunyi pada konsonan “K” dan “T”:
Sepi di luar. Sepi menekan mendesak.
Lurus kaku pohonan. Tak bergerak
Sampai ke puncak. Sepi memangut,
Tak satu kuasa melepas-renggut
*   Aliran sastra : romantisme
Meskipun dalam keadaan sepi tapi pengarang menggunakan bahasa yang penuh keindahan, sehingga pembaca hanyut oleh pemilihan diksi.
*   Amanat :
Jangan membuat orang lain menanti sesuatu yang tidak pasti karena rasa itu membuat rasa tidak nyaman.



DISINI UNTUKMU
UNGU

Seandainya kau tau
Betapa
Kusangat inginkan dirimu
Seandainya kau tau
Apa yang
Ada didalam isi hatiku
Akankah bisa ku nyatakan
Rasa cinta dalam hatiku
dan apakah bisa ku nyatakan
bahwa kaulah yang terindah
untukku 
masih disini menantimu
berharap cinta kita kan bersatu
masih disini menunggumu
menanti dirimu kembali
untukku


Hasil analisis :
*   Tema puisi : penantian
*   Aliran sastra : realisme
Pengarang menggunakan bahasa yang sangat sederhana, apa adanya, nyata sehingga para pendengar mudah memahami isi lagu tersebut.
*   Diksi : denotatif
*   Isi : penanttian seseorang kepada kekasihnya dimana seseorang tersebut sangat menginginkannya. Namun seseorang tersebut belum yakin apakah kekasihnya itu juga merasakan hal yang sama dengan dirinya ?? tetapi seseorang tersebut tetap akan menunggu sampai kapanpun